Makalah
Budaya
Perusahaan Dalam Persepektif Komunikasi Marketing Islam
Diajukan Untuk
Memenuhi Persyaratan Regestrasi Pasca Sarjana
Jurusan Ilmu
Komunikasi Program Komunikasi Marketing
Februari 2012
Pendahuluan
Dalam
sejarah kehidupan manusia, tidak akan pernah lepas dari budaya. Budaya dilahirkan
oleh adanya komunikasi antar manusia yang satu dengan yang lainnya. Pada awal
terciptanya suatu budaya di permukaan bumi, sesungguhnya telah terjadi
interakasi antar manusia yang satu dengan yang lainnya. Sehingga terjadilah
proses budaya pada kehidupan sosial manusia. Tidak cukup dengan hal itu, maka
di lakukanlah proses akulturasi budaya
kelompok manusia yang ada. Sehingga bercampurlah dua atau lebih kebudayaan yang berbeda
yang menyatu dalam kelompok
masyarakat yang ada.
Terjadinya
proses tersebut, tidak dapat dipungkuri adanya sistem komunikasi yang telah berjalan
dengan efektif pada kelompok masyarakt tersebut. Sistem komunikasi yang di
temukan pada suatu bangsa biasanya seirama dengan kebudayaan bangsa yang
bersangkutan; cara sesuatu bagsa berkomunikasi mencerminkan sistem budaya
bangsa itu sendiri. Norma-norma budaya itu biasanya mempengaruhi prilaku komunikasi
warganya.
Di
kalangan bangsa-bangsa, memiliki sistem
budaya yang bersifat majemuk, biasanya perilaku komunikasi masyarakatnya yang
tidak seragam. Bahkan heterogen. Itulah sebabnya, pemakaian lambang-lambang
(bahasa) baik yang bersifat verbal maupun non verbal antara kelompok etnis sering
menimbulkan salah pengertian, atau perbedaan presepsepsi karena sistem lambang
mereka tidak sama (miscommunication).[1]
Dalam
rangka untuk memahami judul diatas, penulis akan membahas poin–poin tersebut
dalam tiga sub pokok bahasan, diantaranya, (1) Memahami Komunikasi Umum dan
Komunikasi Islam, (2) Memahami Komunikasi Umum dan Komunikasi Islam (3) Etika
Komunikasi Islam Sebagai Dasar Perilaku Komunikasi Marketing, (4) Komunikasi
Marketing Islam Dalam Budaya Perusahaan.
1.
Memahami
Komunikasi Umum dan Komunikasi Islam
Sebelum
memahami lebih jauh, perlu dijelaskan terlebih dahulu arti dari komunikasi dalam pandangan umum dan
komunikasi dalam pandangan Islam (komunikasi Islam). Secara mendasar harus
dipahami dahulu terkait dengan arti dari komunikasi. Istilah komunikasi berasal
dari kata communicare yang di dalam
bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi, atau berasal dari kata commonness yang berarti sama=common.
Dengan
demikian, dengan sederhana sekali, dapat kita artikan bahwa seseorang yang
berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut serta berpartisipasi
atau bertindak sama sesuai denga tujuan, harapan atau isi dari pesan yang
disampaikan. Pernyataan ini selaras dengan pernyataan pakar komunikasi prof. Wilbur Schramm, yang
memberikan pernyataannya sebagi berikut. ‘when
we communication, we are traying to estabilish a communes with someone. That is
we are traying to share information, an idea or an
attitude,……………..communication always requires at least tree element – the
soruch, the messege, and des tination.
Dari pernyataan Wilbur Schramm diatas, Schramm
ingin menekankan bahwa dengan berkomunikasi berarti berusaha untuk mengadakan
persamaan atau commonness dengan
orang lain, dengan cara menyampaikan keterangan, berupa sebuah gagasan (idea)
maupun sebuah sikap tertentu. Juga dijelaskan bahwa sebuah komunikasi harus
memenuhi syarat-syarat tertentu sekurang-kurangnya terdiri dari tiga unsur
yaitu sumber, isi pesan, dan tujuan.[2]
Sehingga jika tiga syarat ini sudah terpenuhi maka dapat dipastikan akan
terjadi feedback pada seorang komukator
dari seorang komunikan.
Sedangkan
menurut laswell komunikasi merupakan proses yang menggambarkan siapa mengatakan
apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa. Hal ini senada pula dengan
pendapat Carl I.Hovland yang mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana
seseorang individu mengoperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa
(verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat William
albig yang mengatakan komunikasi itu adalah, siapa mengatakan apa dengan cara
apa, kepada siapa dengan efek apa. Pendapat ini diperkuat pula dengan pendapat Carl I.Hovland yang
mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses dimana seseorang individu
mengoperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun non
verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain. William albig menambahkan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai
proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang seseorang kepada orang lain,
yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses interaksi
yang mempunyai arti antara sesame manusia.[3]
Ketika
melihat pengertian diatas, maka dapat kita pahami bahwa setiap komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian pesan dari seorang komunikator ke komunikan, sehingga
komunikan dapat menangkap proses pesan yang disampaikan oleh seorang
komunikator, sehingga akan terjadi feedback
dalam proses komunikasi tersebut. Secara sederhana, lasswell menggambarkan
proses tersebut dalam model dibawah ini.
Siapa
komunikator
|
Mengatakan Apa
Pesan
|
Dengan saluran mana
Mediun
|
Kepada Siapa
Komunikan
|
Dengan Efek Bagaimana
Efek
|
Hubungannya
dengan komunikasi Islam adalah bahwa komunikasi Islam secara sederhana
merupakan sistem komunikasi umat Islam. Pengertian sederhana itu menunjukkan,
bahwa komunikasi Islam lebih fokus pada sistemnya dengan latar belakang
filosofi (teori) yang berbeda dengan persepektif komunikasi non Islam. Dengan
kata lain sistem komunikasi Islam didasarkan pada Al-Qur’an dan hadist Nabi
Muhammad SAW. Oleh sebab itulah dapat kita artikan bahwa komunikasi Islam
adalah proses penyampaian pesan antara manusia yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan pada ajaran Islam.
Pengertian
ini menunjukkkan, bahwa komunikasi Islami adalah cara berkomunikasi yang
bersifat Islami (tidak bertentangan dengan ajaran Islam). Maka dengan sebab
inilah bahwa komunikasi Islami merupakan Implementasi dari komunikasi Islam.[4]
Dalam Al-qur’an salah satu dasar yang menjadi acuan dalam komunikasi Islam yaitu
:
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. (Qs. An-Nahl (16)
Bahkan
dalam surat An-Ashr ayat 1-3 yang
memilki arti . “ Demi masa, Sesungguhnya manusia
itu Benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Bahkan
dalam salah satu hadist nabi pernah
dikatakan “ katakanlah yang benar sekalipun pahit. [5]
Tidak
hanya sebatas itulah Al-qur’an menjelaskan tentang komunikasi, bahkan banyak ayat-ayat
lainnya yang menjelaskannya, baik komunikasi inter personal, komunikasi intra
personal, komunikasi massa, komunikasi antar kelompok, dan lain sebagainya,
dijelaskan baik secara tersurat maupun tersirat (tafsir).
Salah
satu penelusuran, berdasar arti komunikasi secara etimologi, dapat kita
identifikasikan istilah yang mengandung makna komunikasi verbal, baik secara
denotatif maupun konotatif. Yang termasuk katagori denotatif adalah:
a. Qaulan Baligha ( QS.
an-Nisa’: 63)
b. Qaulan Layina ( QS. Thaha: 44)
c. Qaulan Ma’rufa ( QS. Al-Baqarah: 235; QS. An- Nisa’: 5& 8; QS. Al-Ahzab: 32)
d. Qaulan Maisura ( QS. Al-Isra’: 28 )
e. Qaulan Karima ( QS. Al-Isra’: 23)
Sedangkan yang termasuk kategori konotatif adalah:
a. Mau’idhah ( an-Nisa’: 66)
b. Da’wah: (an- Nahl :125; Yusuf:108)
c. Nashihah ( at-Taubah: 91; al-A’raf: 21, 62,68,79,93; Hud:34; Yusuf:11; Qashas:12)
d. Taushiyah ( al-Ashr: 3)[6]
b. Qaulan Layina ( QS. Thaha: 44)
c. Qaulan Ma’rufa ( QS. Al-Baqarah: 235; QS. An- Nisa’: 5& 8; QS. Al-Ahzab: 32)
d. Qaulan Maisura ( QS. Al-Isra’: 28 )
e. Qaulan Karima ( QS. Al-Isra’: 23)
Sedangkan yang termasuk kategori konotatif adalah:
a. Mau’idhah ( an-Nisa’: 66)
b. Da’wah: (an- Nahl :125; Yusuf:108)
c. Nashihah ( at-Taubah: 91; al-A’raf: 21, 62,68,79,93; Hud:34; Yusuf:11; Qashas:12)
d. Taushiyah ( al-Ashr: 3)[6]
2.
Etika
Komunikasi Islam Sebagai Dasar Perilaku Komunikasi Marketing

Etika merupakan
suatu tipe pembuatan keputusan yang bersifat moral, dan menentukan apa yang
benar atau salah yang dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada dalam
masyarakat. Etika harus menjadi : “batu penjuru” dari peradaban manapun, dimana
nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan integritas ingin dipertahankan. Dalam
pengertian lain etika diartikan sebagai (1). Ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral,. (2), kumpulan asas/nilai yang
berkenaan dengan akhlak, (3) nilai menganai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Apabila diamapbil dari pengertian tersebut, maka
etika komunikasi akan mengandung pengertian sebagai cara berkomunikasi yang
sesuai dengan standar nilai-nilai akhlak yang baik. Pengertian diatas mempunyai
nuansa yang Islami dalam penerapannya. [7]
Dalam rangka
untuk memahami kerangka poin diatas, harus dipahami terlebih dahulu arti dari
komunikasi marketing. Istilah komunikasi marketing terdiri dari dua unsur kata
yaitu komunikasi dan marketing.
Komunikasi sebagaimana penjelasan diatas, merupakan merupakan suatu proses
penyampaian pesan dari seorang komunikator ke komunikan, sehingga komunikan
dapat menangkap proses pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator,
sehingga akan terjadi feedback dalam
proses komunikasi tersebut. Sedangkan marketing diartikan sebagai proses
penyusunan komunikasi secara terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai barang dan jasa dalam kaitanya dengan memuaskan kebutuhan dan
keinginan manusia (konsumen)
Menurut Djasmin
Saladin (2001:123) bahwa marketing komunikasi adalah aktivitas yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi dan membujuk atau mengingatkan pesan
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli loyal
pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Sedangkan
menurut menurut Sofyan Assauri, (1996:243) komunikasi marketing (pemasaran)
adalah kombinasi strategi yang paling baik dari unsur-unsur promosi tersebut
tersebut, maka untuk dapat efektifnya promosi dilakukan oleh suatu perusahaan,
perlu ditentukan terlebih dahulu peralatan dan unsur promosi apa saja yang
sebaiknya digunakan dan bagaimana pengkombinasian unsur-unsur tersebut agar
hasilnya dapat optimal. [8]
Dari penjelasan
diatas dapat kita simpulkan, bahwa komunikasi marketing adalah proses cara untuk mengkomunikasikan kepada
konsumen dengan menggunakan unsur-unsur promosi untuk mencapai tujuan
perusahaan. Maka dengan demikian komunikasi marketing Islam dapat kita artikan
sebagai aktifitas yang berusaha untuk menyebarkan informasi dengan benar
berdasarkan asas Islam, oleh suatu perusahaan (produsen) kepada konsumen, baik
berupa barang dan jasa, agar terpengaruh
terhadap produk yang ditawarkan, sehingga mampu untuk membeli dengan loyal
produk yang ditawarkan tersebut, guna untuk memenuhi kebutuhan kedua belak
pihak sehingga akan menimbulkan simbualis
mutualisme (saling menguntungkan).
3.
Komunikasi
Marketing Islam Dalam Budaya Perusahaan
Istilah Corporate Culture budaya perusahaan sebenarnya
telah dikenal di amirika serikat dan eropa di era 1970-an. Salah satu tokoh
yang memperkenalkannya adalah Deal and kennedy, dia juga pernah menulis dalam
bukunya‘Corporate Culture” bahwa
budaya perusahaan adalah nilai inti sebagai esensi falsafah perusahaan
perusahaan untuk mencapai sukses yang didukung semua warga yang didukung semua
warga organisasi dan memberikan pemahaman bersama tentang arah bersama dan
menjadi pedoman perilaku mereka sehari-hari.
Menurut pendapat
Robbins, dalam bukunya Organizational Behavior
menyatakan bahwa budaya perusahaan adalah sekumpulan sistem nilai yang diakui
dan dibuat oleh semua anggotanya yang membedakan perusahaan yang satu dengan
yang lainnya.
J.Scherrition
& J.L.Stren juga menjelaskan tentang Corporate
Culture, Mereka mengatakan bahwa Corporate
Culture is generally refers to environment or personality of organization, with
all its multifaceted demensions. We devide corporate culture into four aspects.
Those are ritualized patterns, management styles and philosophis, management
system and patterns, and procedures, as well as written and unwritten norms and
procedures. Budaya perusahaan umumnya terkait dengan lingkungan atau
personalitas organisasi dengan segala dimensi masalah yang dihadapi. Kami
membagi budaya perusahaan dalam 4 (empat) aspek, yaitu pola ritual, gaya
manajemen dan filosofinya, sistem dan prosedur manajemen, serta norma-norma dan
prosedur-prosedur tertulis dan tidak tertulis. [9]
Dari penjelasan
diatas dapat kita pahami bahwa budaya perusahaan itu merupakan sistem kerja
yang diciptakan oleh anggota perusahaan guna untuk menciptakan lingkungan usaha
yang kondusif, sehingga akan tercipta lingkungan perusahaan yang memiliki
nilai-nilai yang baik dalam setiap aktivitas kegiatan yang dilakukan.
Setelah kita
memahami arti dari budaya perusahaan, setidaknya kita dapat memahami fungsi
dari budaya perusahaan tersebut. Diantara fungsi tersebut menurut Sterphen
P.Robbins, dia membagi lima fungsi budaya perusahaan, diantaranya:
a. Berperan
menetapkan batasan
b. Mengantarkan
suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi.
c. Mempermudah
timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan individual seseorang.
d. Meningkatkan
stabilitas sistem sosial karena
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi.
e. Sebagai
mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta
perilaku para karyawan.
Sedangkan
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki dalam bukunya Organizatioanal Behavior membagi empat fungsi budaya organisasi,
yaitu:
a. Memberikan
identitas organisasi kepada karyawannya.
b. Memudahkan
komitmen kolektif
c. Mempromosikan
stabilitas sistem sosial
d. Membentuk
perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadannya. [10]
Nelson
dan Qiuck, (1997), juga mengungkapkan, bahwa budaya perusahaan mempunyai empat
fungsi dasar, yaitu perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi, alat
pengorganisasian anggota, menguatkan nilai-nilai dalam organisasi, dan
mekanisme kontrol atas perilaku.
Dengan
demikian, fungsi budaya perusahaan (Corporate Culture) adalah sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan perusahaan berupa
ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh
para karyawan. Hal tersebut dapat berfungsi pula sebagai control atas perilaku
para karyawan.[11]
Setelah kita pahami dari arti dan
fungsi budaya perusahaan, hal yang menjadi pertanyaan sekarang, apa peran
komunikasi marketing Islam dalam membangun budaya perusahaan?. Sejauh literatur
yang penulis dapatkan, tak satupun penulis temukan sebuah literatur yang
membahas secara spesifik persoalan tersebut. Akan tetapi dapat kita amati dari
kedua pengertian diatas, yaitu komunikasi marketing Islam dan budaya
perusahaan, sehingga kita dapat menyimpulkan poin penting dalam menjawab
pertanyaan tersebut.
Sebagaimana penjelasan penulis di
awal, bahwa esensi dari komunikasi marketing Islam yaitu terletak pada landasan
filosofinya sebagai langkah dasar dalam setiap implementasi aktivitas
komunikasi, yang diwujudkan dalam bentuk etika dalam berkomunikasi dengan berlandaskan
pada nilai-nilai Islam sebagai acuan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu,
peran komunikasi Islam dalam membangun budaya perusahaan dapat tercermin dalam visi
dan misi perusahaan yang menjadi standart optimal dalam mencapai tujuan
perusahaan tersebut.
Visi dan misi merupakan langkah awal dalam membangun budaya
perusahaan yang bisa diwujudukan dalam sistem kerja karyawan. Visi dan misi
yang dibangun dengan filosofi Islam oleh
suatu perusahaan, maka hal tersebut akan berdampak pada budaya perusahaan yang
akan diciptakan selanjutnya. Peran komunikasi Islam dapat di ejahwantakan dalam
culture yang akan menjadi standart
nilai oleh perusahaan tersebut. Dengan demikian etika yang dibangun pula oleh
perusahaan akan selalu bernafaskan pada dimensi nilai-nilai keIslaman yang bisa
saling menguntungkan antar karyawan di lingkungan perusahaan tersebut.
D. Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas, penulis akan menyimpulkan bahwa Budaya Perusahaan Dalam
Persepektif Komunikasi Marketing Islam dapat dipahami dengan beberapa dimensi
pembahasan yaitu dengan memahami komunikasi dalam persepektif pandangan umum
dan pandangan dalam komunikasi Islam. Selain itu dapat pula kita pahami dengan
fokus pada etika komunikasi Islam sebagai dasar perilaku komunikasi marketing
serta komunikasi Marketing Islam dalam budaya perusahaan.
Dengan
demikian, budaya
perusahaan dalam persepektif komunikasi marketing Islam yakni sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan perusahaan berupa
ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang berdasar nilai filosofi Islam dalam
penerapan antar hubungan para karyawan, sehingga akan terjadi saling
menguntungkan pada karyawan dan perusahaan.
Daftar
Pustaka
1. Komala
Lukiati M.Si, Dra, Ilmu Komunikasi
(persepekltif, proses dan konteks), 2009, Bandung: Widya Padjajaran.
2. Muis
A., komunikasi Islam , 2001, bandung
: PT.Remaja Rosdakarya.
3. Mudjiona
Imam, Konsep Komunikasi Dalam Al-Qur’an,
Blogspt, UII.
4. Moeljono
Djokosantoso, Dr., Budaya Korporat dan
Keunggulan Korporasi, 2003, Jakarta: Gramedia.
5. Sudayat
Iskandar Ridwan, Komunikasi Pemasaran,
Paper.
6.
Tasmara
Totok . H Drs, komunikasi dakwah,
1997, Jakarta: Gaya media pratama.
7.
Tika Pebundu Moh H.Drs ,M.M, Budaya Organisasi dan Peningkatan kinerja
Perusahaan, 2008, Jakarta: Bumi Askara.
[1] A.Muis “komunikasi Islam” ,
2001, bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Hal, 3-4
[2]
Drs. H.Totok Tasmara, “komunikasi dakwah” 1997, Jakarta: Gaya media
pratama, hal 1-3
[3]
Drs. Tommy Suprapto, M.S, “ Pengantar Ilmu Komunikasi” 2011,Yogyakarta:
CAPS, hal 5-6
[4] A.Muis “komunikasi Islam” ,
2001, bandung : PT.Remaja Rosdakarya, hal 65-66
[5] Ibid, 80
[6] Imam Mudjiona “ Konsep
Komunikasi Dalam Al-Qur’an” Blogspt, UII.
[7] Dra. Lukiati Komala, M.Si. “Ilmu
Komunikasi (persepekltif, proses dan konteks), 2009: Bandung, Widya
Padjajaran, hal 224-225
[8] Ridwan Iskandar Sudayat,
“Komunikasi Pemasaran”. Paper
[9] Drs.H.Moh.Pebundu Tika,M.M.
“Budaya Organisasi dan Peningkatan kinerja Perusahaan”, 2008 : Jakarta, Bumi
Askara, Hal 12.
[10] Ibid. 13
[11] Dr. Djokosantoso Moeljono,
“Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi”, 2003: Jakarta, Gramedia, Hal 22
0 komentar: