MENGAPA KITA HARUS TAAT
PADA PEMIMPIN?
Oleh : Sofyan Ats-Tsauri Amarta. S.Sos.I
Bila kita mengamati
sejarah kehidupan manusia, dari zaman purbakala, zaman sebelum masehi, sesudah
mesehi bahkan di era millennium sekarang ini pemimpin merupakan hal yang sangat
penting keberadaannya.
Bangsa ini
sejak pasca reformasi telah menghabiskan puluhan triliun hanya sekedar untuk
memilih seorang pemimpin. Pada Pemilu
2004 tatal uang yang dihabiskan untuk
pemilu sekitar Rp 3,5 triliun untuk Pemilu DPR, DPRD I, DPRD II dan DPD serta
Pemilihan Presiden (Pipres), dan pada Pemilu 2009 mengalami lonjakan yang
sangat tajam. Menurut catatan KPU
menyebutkan total anggaran KPU dan Pemilu 2009 sekitar Rp 47,9 triliun.
Anggaran tersebut dialokasikan untuk kebutuhan KPU dan Pemilu masing-masing
sebesar Rp 18,6 triliun untuk tahun 2008, dan Rp. 29,3 triliun untuk proses
Pemilu 2009.
Angka tersebut masih belum termasuk
penyelenggaraan pemilukada di daerah-daerah baik di tingkat propinsi maupun di
kabupaten/ kota. Andai uang tersebut dikumpulkan dalam sebuah rumah / ruko
seperti di BMH Pusat, mungkin tinga lantai tidak cukup untuk menampungnya,
asalkan uang tersebut adalah uang receh 100-an rupiah. Sungguh sangat banyak
bukan?
Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah? Mengapa uang yang sebegitu besarnya dihabiskan iyu hanya untuk urusan
yang demikian? Andai uang tersebut diberikan pada satu keluarga besar, mungkin
7 kali turunan tidak usah kerja, hidupnya tidur aja, dan semua serba dilayani,
mungkin uang tersebut tidak akan habis bila untuk sekedar makan.
Akan tetapi bila kita melihat dengan
kecamata lebih dalam, tentu esensi terbut bukan hanya untuk pesta-pesta rakyat
belaka. Akan tetapi dari hasil tersebut diharapkan akan lahir seorang pemimpin
yang mampu mengatur/ memberikan kebijakan/ mengarahkan rakyatnya menuju
kehidupan yang damai, sejahtera dan berwibawa. Begitu pula Dalam
kehidupan berkelompok, keberadaan pemimpin adalah hal yang sangat penting
keberadaanya. Komunitas masyarakat terkecil yang disebut keluarga, keberadaan
pemimpin menjadi sesuatu yang sangat
utama, apalagi dalam sebuah komunitas/ organisasi seperti perusahaan atau
yayasan, tentu pemimpin adalah hal mutlak yang harus ada. Fungsi pemimpin
tersebut tiada lain adalah membuat sistem/ aturan yang dapat dijalankan secara
bersama-sama sesuai dengan porsinya masing-masing. Berikut ini penulis akan
jelaskan poin-poin penting tentang taat kepada pemimpin.
KEWAJIBAN TAAT ATASAN / PEMIMPIN
Rosulullah SAW pernah bersabda: Artinya: Dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW bersabda:”
Atas setiap muslim harus mendengar dan taat terhadap sesuatu yang ia cintai
atau benci, kecuali jika diperintah berbuat maksiat. Jikadiperintah bermaksiat
maka tidak ada mendengar dan taat”(Muttafaqun alaihi)
Artinya: Dari
Anas bin Malik dari Nabi SAW bersabda:” Dengar dan taatlah kalian walaupun
dipimpin oleh seorang budak Habsyi dan kepalanya seperti buah anggur kering”
(HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra berkata:Rasulullah saw
bersabda:” Hendaknya kamu mendengar dan taat pada saat engkau susah dan mudah,
ketika engkau semangat atau tidak suka atau dalam keadaan punya kepentingan
sendiri” (HR Muslim). Hadits-hadits yang membahas tentang taat itu banyak
sekali dan begitu juga yang disebutkan dalam Al-Qur’an juga banyak diantaranya;
Allah Swt berfirman:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãè‹ÏÛr& ©!$# (#qãè‹ÏÛr&ur tAqß™§9$# ’Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt“»uZs? ’Îû &äóÓx« çnr–Šãsù ’n<Î) «!$# ÉAqß™§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan
ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, makakembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benarberiman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(QS. Annisa’:59)
Secara bahasa
artinya mengerjakan sesuatu yang diperintahkan. Sedangkan secara syari’ah ialah
beramal melaksanakan perintah disertai niat dan keyakinan. Berkata
Al-Qurtubi:”Hakekat taat adalah melaksanakan sesuatu yang diperintahkan. Dan
lawannya ma’shiyah artinya menyimpang dari perintah. Sedangkan Hasan Al-Banna
berkata:” Yang saya kehendaki dari ketaatan ialah melaksanakan perintah dan
merealisasikannya secara sepontan baik dalam kondisi susah atau mudah, dalam
kondisi bergairah atau tidak”.
URGENSI / PENTINGNYA TAAT
Ketaatan merupakan
pondasi hukum Islam dan kaidah sistem politik. Seseorang tidak mungkin dapat
membayangkan adanya sistem yang benar dan negara yang kuat tanpa adanya
keadilan dari penguasa dan ketaatan dari rakyatnya. Oleh karena itu sngat tepat
apa yang dikatakan khalifah kedua umat Islam Umar bin Khattab:” Tidak ada Islam
tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa pemimpin dan tidak ada pemimpin tanpa
ketaatan. Islam bukanlah agama individu, tetapi agama masyarakat yang tidak
mungkin terealisasi kecuali melalaui jamaah. Dan jamaah tidak akan berarti sama
sekali jika anggotanya tidak diikat oleh suatu sistem dan dihimpun oleh
pemimpin yang mengatur urusan mereka.
Sesungguhnya
sikap mendengar dan taat merupakan dua pilar dari sistem hidup bermasyarakat.
Dan keduanya merupakan tulang punggung dari manusia yang hidup dalam suatu
bangsa dimana tidak mungkin bangsa tersebut menolak dan mengusir musuh,
tentaranya akan menang jika tidak memiliki sikap mendengar dan taat yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berpisah dari bangunan umat ini.
Sehingga sikap mendengar dan taat adalah suatu yang mutlak harus dilakukan bagi
bangsa yang ingin besar.
LANDASAN HUKUM TAAT KEPADA PEMIMPIN
Sesuai dengan
nash yang telah dikemukakan diatas baik dari Al-Qur’an maupun sunnah,
menyimpulkan bahwa Islam mewajibkan taat umat Islam untuk taat kepada pemimpin
dan haram bagi umat Islam menyimpang dari ketaatan kepada pemimpin Islam. Nash
lain yang mendukung perintah taat dan larangan menyimpang adalah:
Rasulullah saw
bersabda: Dari Abu Hunaidah Wa’il bin
Hajar ra berkata: Salamah bin Yazid Aj-Ja’fi bertanya pada Rasulullah saw dan
berkata:” Wahai nabi Allah bagaimana pendapatmu jika pemimpin kami meminta
kepada kami hak mereka dan tidak melaksanakan haknya (kewajibannya)?”.
Rasulullah saw berpaling darinya, tetapi ia bertanya lagi, maka Rasulullah saw
menjawab:” dengar dan taatilah (pemimpin tersebut) karena sesungguhnya mereka
akan menanggung beban tanggung-jawab yang harus dilaksanakannya dan kamu juga
akan bertanggung-jawab terhadap yang kamu perbuat“ (HR Muslim)
BATASAN KETAATAN
Ketika Islam
mewajibkan umat Islam untuk mentaati para pemimpin, Islam juga member batasan
tentang ketaatan tersebut dan tidak membiarkanya berlaku mutlak tanpa ada
batasan. Karena ketaatan mutlak akan melahirkan tirani dan kediktatoran
sehingga akan menghapus nilai-nilai Islan dalam hidup bermasyarakat. Oleh
karenanya ketaatan terhadap pemimpin dibatasai oleh ruang lingkup tertentu dan
syarat-syarat tertentu yang harus ditunaikan. Dan diantaran batasan dan syurut
tersebut adalah:

2. Pemimpin tersebut tidak menyuruh manusia berbuat maksiat. Maka jika
pemimpin menyuruh rakyatnya berbuat maksiat seperti minur khomr, riba, buka
aurat dll, maka tidak ada kewajiban taat. Rasulullah saw bersabda: Tidak ada
ketaatan dalam bermaksiat kepada Khalik (Allah)”(HR Ahmad dan Al-Hakim)
3. Menegakkan hukum dengan adil, jika pemimpin melaksanakan keadilan
maka wajib taat kepada mereka tetapi jika tidak adil maka tidak ada hak untuk
ditaati, sebagaimana disebutkan 3 /
9Hadits Kewajiban Taat dalam surat An-Nisaa’ 59.
4. Sesuatu yang diperintahkan mampu dilaksanakan oleh yang akan menanggung
perintah tersebut.
Dari Abdullah bin Umar ra berkata: ”kami jika membai’ah Rasulullah saw
untuk mendengar dan taat. Beliau berkata pada kami:”pada yang kamu mampu”
(Muttafaqun ‘alaihi)
KEUTAMAAN TAAT
1. Mendapatkan puncak kenikmatan bersama para nabi. Firman Allah: Artinya:”
Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan
Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS
An-Nisaa’ 69)
2. Tidak terbuangnya kekayaan dunia dan mendapat keberkahan hidup.
Firman Allah: Artinya: ”Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”(QS Al-A’raaf 96).
3. Mendapat tambahan hidayah. Firman Allah SWT: Artinya: ”Dan
orang-orang yang berupaya mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada
mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (QS Muhammad
17).
4. Mendapat keteguhan dalam taat. Firman Allah SWT. Artinya: ”Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad 7).
5. Mendapat pahala yang
besar berupa keridhan Allah dan surga-Nya. Firman Allah SWT. Artiny a: (Hukum-hukum
tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa ta`at kepada
Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir
di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
kemenangan yang besar” (QS An-Nisaa’ 13).
BAHAYA BAGI
ORANG YANG TIDAK TAAT
1. Rapuhnya barisan dan timbulnya perselisihan.
Artinya: ”Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Anfaal
46).
2. Kehinaan dari Allah SWT.
Firman Allah SWT, yang Artinya: ”Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke
dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang
menghinakan” (QS An-Nisaa’ 14).
Artinya:”Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi
Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman” (QS
Al-Anfaal 55).
3. Bedosa dan bermaksiat kepada Allah.
Firman Allah SWT: Artinya:”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling
(dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian
dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik” (QS Al-Maa-idah 49).
4. Mati dalam kondisi sesat dan jahiliyah.
Firman Allah SWT: Artinya: ”Dan tidaklah patut bagi laki-laki
yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS: Al-Ahzaab 36).
Rasulullah saw. bersabda: Artinya:Dari Ibnu Abbas ra dari Nabi SAW
bersabda:” Barangsiapa melihat sesuatu yang ia tidak sukai pada pemimpinnya,
maka bersabarlah karena barangsiapa yang meninggalkan jamaah sejengkal kemudian
mati, kecuali mati dalam keadaan jahiliyah” (Muttafaqun ‘alaihi)
*Penulis adalah aktivis Hidayatullah yang tinggal di “www.
penggawa-hikmah.com
0 komentar: